Entri Populer

Minggu, 11 April 2010

Cerpen


Judul : Empat Putra Gulita

Kegaduhan mulai mereda ketika bunyi sandal kayu Pak Parlan mendekati kamar berukuran besar bernama Nimbus dua. Bantal yang berserakan di lantai segera diambil tanpa mengeluarkan suara. Sesaat pintu terbuka, semua anak yang berada di dalam kamar tersebut sudah berdiri berjejer rapi di depan ranjang masing-masing, lengkap dengan piyama dan tatanan yang rapi pula. Mereka sudah melatih diri bekerja cepat untuk melakukan hal itu.
“Berhitung, mulai,” sangat tegas suara Pak Parlan dan membuat takut yang mendengar.
“Satu, dua, tiga…, empat belas lengkap”
“Baik, selamat tidur anak-anakku”
Semuanya langsung naik ke atas ranjang masing-masing dan tak sedikit dari mereka berpura-pura bermuka manis. Kemudian lampu dimatikan dan pintu dikunci oleh Pak Parlan membuat ruangan gelap gulita. Mereka semua adalah anak yatim piatu yang diasuh di yayasan “Sampai Sukses”. Terhitung jumlah anak asuhnya mencapai tujuh puluh tiga anak.
Keesokan harinya adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh Deki Gulita, di mana setiap ada orang yang hendak berkunjung atau berniat mengadopsi, Deki pasti sudah mengetahui lebih dulu bersama dengan Frans. Apalagi diusianya yang masih dua belas tahun, Deki sudah memakai kacamata minus tiga setengah. Dia juga termasuk anggota “Empat Putra Gulita” selain Sandi Gulita, Frans Gulita dan Rangga Gulita. Ini bukan berarti mereka kembar atau saudara kandung meskipun persahabatan mereka sangat kental. Akhiran gulita pada keempat nama mereka dikarenakan sejarah ditemukannya mereka satu per satu di pintu gerbang yayasan saat tengah malam ketika masih bayi. Dari keempatnya, hanya Rangga Gulita yang berusia delapan belas tahun. Sedangkan Frans dan Sandi hampir sama dengan usia Deki.
Semua anak yayasan Sampai Sukses sudah selesai bersiap-siap untuk menyambut tamu. Bau wangi-wangian, rambut tersisir rapi, kemeja yang bagus mereka atur sedemikian rupa untuk bisa terpilih nantinya. Mereka semua membuat barisan panjang di depan kamar masing-masing sambil memasang muka manis.
Pak Parlan sudah terlihat di koridor kamar bersama pasangan suami istri yang ditengarai hendak mengadopsi. Mata perempuan itu indah sekali dan wajahnya cantik, didampingi pria tampan, tinggi dan putih sambil memperhatikan anak-anak yayasan Sampai Sukses. Perempuan itu berbisik ke pria tampan di sampingnya dan suaminya berbisik ke Pak Parlan. Kemudian mereka masuk ke ruang tamu sambil bercakap-cakap. Tak lama kemudian Pak Parlan kembali dengan membawa sesuatu di tangannya seperti kertas lipat.
“Anak-anak, hanya ada satu anak yang akan diadopsi hari ini dan hanya enam anak yang akan Bapak ajak ke ruang tamu sekarang” tutur Pak Parlan yang membuat peluang Deki terpilih semakin kecil, padahal dia sangat ingin punya orang tua ,”dan yang ikut Bapak adalah Herbie, Galang, Sandi, Frans, Susie dan Deki,” gumam Pak Parlan,”yang lainnya silakan belajar dan bermain.”
Deki sangat gembira mendengar namanya terpanggil bersama kelima anak lainnya, terlihat dari ekspresi wajahnya meskipun disembunyikan. Kemudian keenam anak dibawa ke ruang tamu yayasan yang di sana sudah menunggu pasangan suami istri dengan wajah penuh harapan. Pak Parlan mempersilahkan mereka memilih dan perempuan cantik itu sangat bernafsu untuk mengelus-elus sampai mencubit pipi Frans.
“Siapa namamu sayang” perempuan itu bertanya.
“Namaku Susie” jawab satu-satunya anak perempuan yang berjejer di situ.
Keadaan ini tidak disukai oleh Deki, karena dia menginginkan terpilih pada kesempatan ini. Lama sekali perempuan itu memandang mereka sampai akhirnya diputuskan untuk memilih. Jantung Deki berdegup kencang penuh harap, sedangkan Sandi tidak terlalu senang jika pada akhirnya nanti dia terpilih dan Frans juga terpikir seperti itu. Perempuan itu berdiskusi dengan lelaki yang bersamanya dan menunjuk Herbie untuk diadopsi, anak laki-laki kamar Kirana satu.
Serentak Deki berlari meninggalkan ruangan tersebut mendengar keputusannya. Frans dan Sandi segera mengejar Deki yang terus berlari hingga akhirnya sampai di kamar Nimbus dua lalu mengunci diri sendirian di dalam kamar. Frans dan Sandi tidak bisa berbuat banyak karena mereka tahu bahwa Deki menginginkan orang tua asuh. Dari jauh koridor, terlihat Rangga datang menghampiri Frans dan Sandi
“Ada apa?” tanya Rangga.
“Anak Kamar Kirana satu terpilih sekarang” Frans mencoba menjelaskan.
Nampaknya Rangga tidak terlalu sedih mengetahui bahwa Deki tidak terpilih, karena dalam benak Rangga Empat Putra Gulita tidak boleh terpisahkan. Mereka terus berbincang-bincang sampai Pak Parlan datang menghampiri mereka.
“Di mana Gulita yang satu lagi?” Pak Parlan bertanya dengan suara lembut.
“Dia tidak mau keluar kamar, Abang” Frans menjelaskan.
“Baiklah, kalian semua ke ruangan saya sekarang karena ada sesuatu, masalah Deki Abang yang atasi.”
Segera mungkin mereka menuju ruangan Pak Parlan. Ruangan yang sempit dan banyak buku-buku besar di dalam lemari etalasenya. Di atas mejanya ada foto Pak Parlan sedang tersenyum yang dipaksakan. Di sampingnya juga terdapat foto Pak Parlan memakai kacamata hitam dan topi pantai bersama seorang perempuan.
Selang beberapa menit Pak Parlan bersama Deki memasuki ruangan, di belakangnya mengikuti Nyonya Hartati yang merupakan pemilik yayasan ini. Mata Deki merah seperti habis menangis dan mendekati teman-temannya.
“Anak-anak, Nyonya ingin mengatakan sesuatu pada Empat Putra Gulita” kata Pak Parlan.
Setelah itu Nyonya mulai berceramah dan bercerita tentang masa lalunya yang terdengar membosankan bagi Empat Putra Gulita. Kecuali Frans, yang memang selalu bersemangat dan cerewet jika dia yang menjadi penceramah kisah pribadinya maupun kisah orang lain. Kurang lebih setengah jam Nyonya Hartati berbicara panjang lebar dan akhirnya dia mengatakan hal yang membuat Empat Putra Gulita tertarik mendengarnya.
“…dan karena esok pagi bertepatan dengan hari ulang tahun Empat Putra Gulita yang waktu itu ditemukan di gerbang yayasan, saat tengah malam, hari dan tanggal yang sama, yang diikuti turunnya hujan lebat, maka aku Nyonya Hartati mengajak kalian berlibur di pulau Seram.”
Penjelasan Nyonya Hartati ini langsung menggiurkan hati anak Gulita, karena mereka semua belum pernah melihat pantai , lautan lepas apalagi pulau Seram. Ini disebabkan karena yayasan Sampai Sukses terletak di lahan gersang yang jauh dari bibir pantai, hujan pun hanya terjadi tiga bulan dalam setahun.
Empat putra Gulita mulai mengepak semua yang diperlukan selama liburan. Sandi yang pendiam juga bersemangat tidak seperti hari-hari sebelumnya. Di mata mereka lautan dan pantai adalah hal aneh seperti kita yang membayangkan pergi ke bulan, tidaklah semua orang dapat menikmati.
Bersama Nyonya Hartati, empat putra gulita pergi berlibur dengan mobil “jib” milik yayasan. Mereka dengan santainya bergurau dan duduk di kursi belakang sambil melihat padang yang gersang seperti gurun. Mata mereka selalu dibayangi rasa kagum pemandangan alam, karena rata – rata yayasan Sampai Sukses tidak diperkenankan keluar area yayasan.
Matahari hampir tenggelam, mereka belum juga berada di tempat liburan. Sesekali mobil berhenti untuk menurunkan empat putra Gulita buang air kecil di pingir jalan. Apalagi Deki, dia sudah tidak bermuka masam lagi oleh kejadian di yayasan, bahkan kacamatanya pun mengkilat lagi, mencerminkan salah satu orang sukses di masa depan bagi teman-temannya.
Malam menyelimuti alam dan jalan raya. Di dalam mobil, Deki dan Frans sudah tertidur pulas. Sedangkan Sandi dan Rangga masih bergurau sampai akhirnya mereka lelah dan tertidur juga. Nyonya Hartati yang duduk di depan tak banyak bicara akan tingkah mereka di kursi belakang karena dia paham bahwa mereka pantas mendapatkannya. Anak – anak Gulita yang manis, lucu dan penuh gairah akan hal baru yang dilihatnya.
Sampai akhirnya pagi datang mereka masih berada di dalam mobil “jib”. Sempat terpikir oleh Sandi dan Rangga, sejauh apakah Pulau Seram yang dimaksud Nyonya Hartati, yang katanya akan menjadi tempat menyenangkan bagi mereka. Selama perjalanan hari kedua ini mereka dihibur oleh segerombolan rusa dan banteng yang sedang makan rumput, berlarian, yang hanya bisa dinikmati di dalam mobil.
“Anak – anak sebentar lagi kita sampai di pantai,” Ibu Hartati memberi tahu mereka yang sejak tadi bergurau terus.
Ternyata benar, tak lama kemudian lautan sudah terlihat karena jalan yang mereka lewati berada di atas tanah yang tinggi dan bisa disebut tanjung. Mobil bergoyang – goyang karena medan yang dilewati adalah batu–batu besar yang tidak rata. Kemudian semuanya turun dari mobil sambil membawa koper masing–masing. Di pinggir pantai sudah ada perahu yang memang menunggu kedatangan mereka. Empat putra Gulita berlari secepatnya ke arah air dan perahu itu. Mereka berebut untuk menaiki perahunya sedangkan Nyonya Hartati masih berjalan sangat lambat menuju ke perahu yang dibantu sopirnya.
Sangat hebat dimata putra Gulita memandang Nyonya Hartati padahal usianya yang sudah tua, dia masih bisa bepergian sejauh ini. Apalagi harus bersama dengan empat putra Gulita yang semuanya gemar bergurau.
Pemandangan indahnya lautan di atas perahu kecil mereka nikmati kurang dari dua puluh menit untuk sampai di pulau Seram. Pasir di pulau Seram berwarna putih, airnya jernih dan banyak pohon kelapa serta bakau di pinggirnya.
Setelah turun dari perahu, mereka langsung menuju rumah penduduk untuk meletakan barang - barang bawaannya. Di pinggir pantai saja sudah terlihat gubuk nelayan dan jala ikan. Ada pula perahu kecil dan tumpukan kayu bakar yang telah hangus. Meskipun rumah penduduknya tidak terlalu padat ternyata udara disana sangat sejuk. Nyonya Hartati berpesan pada anak – anak untuk menjaga sikap selama di pulau Seram yang sebelumnya sudah diberitahu oleh sopirnya.
“Kita menginap di rumah itu,”kata Nyonya Hartati sambil menunjuk salah satu rumah. Di rumah tersebut sudah ada yang menunggu di depan pintu. Seorang lelaki gendut, badannya kerdil nan berkepala botak memberi hormat kepada Nyonya Hartati. Kemudian mereka semua dipersilahkan masuk karena hari pun sudah semakin gelap.
Empat putra Gulita tidak keluar rumah malam itu karena di luar sedang ada badai dan petir ditambah desiran ombak yang membuat mereka tidak nyenyak tidur. Sesekali petir menyambar di luar jendela kamar mereka dengan suaranya yang khas menakutkan setiap jiwa.
Di antara mereka, Deki yang paling ketakutan dengan suara petir. Hal ini diketahui oleh Rangga yang merupakan anak tertua empat putra Gulita, kemudian Rangga menggeser ranjang Deki sehingga bersentuhan dengan ranjang Rangga. Ini membuat Deki lebih nyaman dan sedikit tidak takut lagi. Malam yang dingin dan berisik dilalui mereka pada malam pertama liburan di pulau Seram. Semakin malam hujan semakin reda dan empat putra Gulita tertidur nyenyak sampai pagi datang menjelma.
“Rangga bangun,hei,bangun,” Frans menggoyang – goyang tubuh Rangga.
“Aku masih lelah, yang lain saja,“ respon Rangga.
Frans tidak putus asa membangunkan teman – temannya. Diambilnya air dari kamar mandi dan dicipratkan ke muka teman – temannya. Frans berhasil tetapi teman – temannya marah karena masih lelah. Sandi tidak terima diperlakukan seperti itu dan mengejar Frans sampai keluar rumah. Setelah tertangkap di pantai, Sandi segera membekuk Frans ditambah Rangga yang memegang tangan kanannya dan Deki duduk di atas lutut Frans, sehingga muka Frans dan muka Deki sangat berdekatan.
“Untuk menebus dosa – dosamu, kau harus memanggil kami tuan hari ini,” kata Deki.
“Tidak…tolong aku, siapapun ku jadikan saudara hebat jika menolongku,“ teriak Frans.
“Kau tidak punya sekutu sekarang, dan jika kau tidak mau melakukannya maka enzim ptialinku ini akan bersatu denganmu,” tegas Deki.
Frans terus meronta – ronta agar terlepas dari Sandi, Rangga dan Deki tetapi hal yang mustahil akan terlepas dari mereka. Air liur Deki sudah keluar masuk dari mulutnya dan Frans merasa jijik melihatnya yang pada akhirnya Frans menyerah juga karena mulut Deki yang sudah sangat dekat.
Begitulah mereka bermain bersama selama liburan di pulau Seram. Mulai menjaili para nelayan sampai membuat Nyonya Hartati marah karena berbuat gaduh saat tengah malam. Frans yang pura – pura tenggelam di pantai padahal airnya dangkal. Sandi yang juga berpura – pura mati saat bangun tidur dan akhirnya ketahuan Deki saat bernafas. Sampai kisah Rangga yang jatuh cinta pada anak tetangga.
Kisah Rangga ini bermula ketika empat putra Gulita diajak makan malam di rumah tetangga sebelah. Kala itu Rangga sedang tidak bernafsu makan dan keluar dari ruangan. Dia duduk sendiri di tangga teras rumah memandangi pantai di malam hari. Tanpa disadari Rangga, ada gadis perempuan terus memandanginya dikajahuan. Namanya Lusi, keponakan orang yang menjaga listrik dari mesin diesel di pulau Seram.
Selama liburan, Rangga yang sudah berkenalan dengan Lusi semakin hari semakin dekat dan tak heran jika Rangga dijauhi teman – temannya karena tarlalu sering bersama Lusi. Rangga sifatnya juga pendiam sama seperti Sandi, tetapi perbedaannya jika sudah marah akan menjadi orang menakutkan bagi Frans, Sandi dan Deki.
Sampai akhirnya di sore hari, Rangga kebingungan mencari Lusi karena tak kunjung datang atau pun keluar rumah. Rangga mencari di pantai dan hutan bakau. Tetapi tidak ada Lusi disana. Dia mencoba memberanikan diri menemui paman Lusi yang saat itu sedang menghidupkan mesin diesel untuk tenaga listrik di pulau Seram.
“Lusi kemarin sudah berangkat ke Turki untuk menyelesaikan sekolahnya,” keterangan paman Lusi pada Rangga,” dan ini titipan surat untuk orang yang bernama Rangga.”
Rangga pulang dengan hati yang sangat marah dan kecewa apalagi setelah membaca surat dari Lusi bahwa “aku tidak selamanya bisa bersamamu” membuat Rangga frustasi dan malas keluar rumah sampai liburan berakhir dan kembali ke yayasan.
Kenangan selama di pulau Seram sangat berarti dan berpengaruh pada kepribadian keempat putra Gulita. Mereka benar – benar menikmati liburan di pulau Seram dan tidak pernah dilupakan kebersamaan mereka sepanjang hidupnya.
Sampai lima puluh tahun lamanya pulau seram masih utuh dengan kegiatan para nelayan dan keindahan panoramanya. Pulau Seram yang sekarang menjadi tempat wisata itu menyimpan kenangan manis untuk setiap insan yang berkunjung.
Hari yang cerah menyinari pulau Seram hari ini tampak seorang lelaki tua berdiri memandang lautan dengan mata sayunya. Tak lama kemudian dua perahu datang menepi membawa seorang kakek berkacamata memakai jaket dengan membawa kertas dan botol kosong. Perahu satunya membawa kakek memakai jaket coklat dengan membawa pigura di tangannya.
Setelah berdekatan mereka berpelukan satu per satu dan tertawa lepas di pinggir pantai. Setelah itu berkejar-kejaran sambil bermain air dan pasir. Sampai akhirnya salah satu kakek menunjukkan foto yang ada di pigura tersebut. Ada dua anak kecil bemuka lucu, di pinggirnya anak kecil berkacamata sedang tertawa dan di samping satunya lelaki yang sudah lebih tinggi dari ketiganya.
Tiga kakek tua ini adalah empat putra Gulita yang sudah renta sekarang. Kakek yang menunggu di pantai adalah Sandi Gulita, yang membawa pigura adalah Frans Gulita dan kakek satunya tak lain adalah Deki Gulita yang berkacamata. Deki Gulita menjelaskan pada kedua temannya bahwa Rangga Gulita sudah meninggal satu minggu yang lalu dan meninggalkan pekerjaannya sebagai salah satu direktur ternama di jerman. Kini mereka hanya bisa mengenang kisah – kisah lama. Kisah yang mungkin saja orang lain tidak mengalaminya.
“Untuk almarhum Rangga Gulita, mari kita isi botol ini dengan kertas yang bertuliskan empat putra Gulia selamanya,” kata kakek berkacamata yang tak lain adalah Deki Gulita.
Mereka menulisnya dan memasukkan kedalam botol yang dibawa kakek tua berkacamata. Lalu dilemparkannya bersama – sama dengan berteriak ”EMPAT PUTRA GULITA, SELAMANYA.”

Tema : Sahabat sejati selamanya tidak akan luluh di hati.
Judul : Empat Putra Gulita
Jenis Cerpen : Fiksi Narasi
Sudut Pandang : Orang ketiga serba tahu.
Tokoh Utama : Deki Gulita, Frans Gulita, Sandi Gulita, Rangga Gulita.
Tokoh Sampingan : Pak Parlan, Nyonya Hartati.
Alur Cerita
• Eksposisi
 Pengenalan sifat tokoh Deki Gulita, Frans Gulita, Sandi Gulita dan Rangga Gulita.
 Tokoh Utama yang merupakan asuhan yayasan Sampai Sukses.
 Pengenalan karakter tokoh sampingan yaitu Pak Parlan dan Nyonya Hartati.
• Konflik
 Deki Gulita menginginkan orang tua asuh yang satiap saat menyayanginya.
 Ada Pasangan suami istri yang hendak mengadopsi anak di yayasan Sampai Sukses.
 Frans Gulita bertambah jail.
• Komplikasi
 Keinginan Deki Gulita mempunyai orang tua asuh kandas.
 Rangga Gulita mencintai gadis bernama Luci.
• Klimaks
 Deki Gulita mengurung diri di kamarnya.
 Rangga Gulita di tinggal pergi oleh Luci yang membuatnya patah semangat.
• Peleraian
 Empat Putra Gulita pergi berlibur ke Pulau Seram.
 Rangga Gulita mengakhiri liburannya bersama teman-temannya dengan perasaan yang patah hati.
• Penyelesaian
 Empat Putra Gulita kembali ke yayasan.
 Setelah lima puluh tahun, terjadi pertemuan Empat Putra Gulita selamanya yang membuat tulisan tanpa kehadiran Rangga Gulita.
Pesan Moral : Kehadiran sahabat sejati tidak dapat ditukar dengan barang berharga,
sekalipun barang tersebut adalah yang didambakan semua orang.


Disusun Oleh
Moch. Soleh Efendi
XII IPA / 22
Tahun Ajaran 2009/2010

Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Probolinggo
Jalan Jeruk 66-68 Wonoasih

Biodata

Nama : Moch. Soleh Efendi
Alamat : Jalan Raya Legundi 44 rt1/rw1
Tempat, tanggal lahir : Probolinggo, 28 Oktober 1991
Sekolah : SMA Negeri 3 Probolinggo
Tugas : Bahasa Indonesia, Kelas XII IPA tahun ajaran 2009-2010
Ide Penulisan :
Bermula ketika kelulusan saya waktu SMP tahun 2006-2007. Rasa rindu kepada teman sejawat membayangi saya mulai hari pertama penerimaan ijazah, takut jikalau tidak bisa bertemu lagi kelak. Air mata menetes di malam pertama kala itu, merasakan betapa kebersamaan tidak akan seperti biasanya. Sampai akhirnya, salah satu teman sejawatku benar-benar meninggalkanku selamanya menuju keharibaan yang maha pencipta (semoga segala amalnya diterima) di atas sepeda motornya.
Motto :
• Hargai orang lain maka kau dihargai pula
• Keberanian adalah awal seorang pemimpin

Jumat, 09 April 2010

Budidaya Mangga

MANGGA

PENDAHULUAN
Produksi mangga pada saat ini belum mampu memenuhi permintaan pasar, khususnya pasar luar negeri. Ketidakmampuan ini bukan hanya disebabkan produktivitas rendah tetapi juga kualitasnya masih kurang. Kondisi ini disebabkan oleh penerapan teknologi budidaya yang belum optimal.
Memperhatikan hal tersebut PT. NATURAL NUSANTARA membantu peningkatan produksi secara kuantitas , kualitas dan kelestarian (Aspek K-3). sehingga petani mampu bersaing di era pasar bebas.

AGROEKOLOGI
Tanaman mangga tumbuh baik pada ketinggian 50-300 m dpl pada lapisan tanah tebal dan struktur tanah remah dan berbutir-butir.

VARIETAS
Varietas yang bernilai jual tinggi antara lain Gadung 21 atau Arumanis 143. Varietas lainnya adalah Manalagi 69, Lalijiwo, Chokanan dan Golek 31.

PERSIAPAN LAHAN
Lubang tanam dibuat 1-2 bulan sebelum tanam,ukuran 1 m x 1m x 1 m dan jarak tanam 6 m x 8 m. Dua minggu sebelum pelaksanaan tanam, tanah galian dimasukkan kembali ke dalam lubang tanam dengan campur pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1. Akan lebih optimal siram SUPERNASA (0,5 sdm / + 5 lt air/pohon).

PENANAMAN
Penanaman di awal musim hujan. Sebelum bibit ditanam kantong plastik dilepas. Kedalaman tanam + 15-20 cm diatas leher akar dan tanah disekitar tanaman ditekan ke arah tanaman agar tidak roboh. Tanaman diberi naungan dengan posisi miring ke barat dan selanjutnya dikurangi sedikit demi sedikit.

PEMUPUKAN
~ Pupuk Kandang (PK) diberikan 1 kali pada awal musim hujan. Caranya dibenamkan disekitar pohon selebar tajuk tanaman atau menggali lubang pada sisi tanaman. Mangga umur 1 - 5 tahun diberi 30 kg PK, umur 6 - 15 tahun diberi 60 kg PK. Akan lebih optimal jika ditambahkan ~ ~ SUPERNASA atau jika pupuk kandang sulit dapat digunakan SUPERNASA dengan dosis :
- Alternatif 1 : 0,5 sendok makan/ 5 lt air per tanaman.
- Alternatif 2 : 1 botol SUPER NASA encerkan dalam 2 lt (2000 ml) air jadikan larutan induk. Kemudian setiap 1 lt air diberi 20 ml larutan induk tadi untuk menyiram per pohon.
~ Pemberian SUPERNASA selanjutnya dapat diberikan setiap 3 - 4 bulan sekali.
~ Penyemprotan POC NASA (4-5 ttp/tangki) atau lebih optimal POC NASA (3-4 ttp) + HORMONIK (1 ttp ) per tangki setiap 1 - 3 bulan sekali.
~ Pupuk NPK 2 kali setahun di awal (Nopember - Desember), akhir musim hujan (April - Mei) dosis sbb:
Umur (th) PK
(kg) Dosis Pupuk Makro (KG/Pohon)
ZA TSP KCl
1 – 3 20 – 30 0.5 – 1 0.25-0.5 0.25-0.5
4 - 6 30 – 40 1 – 2 0.5 – 1 0.5 – 1
7 – 10 50 – 60 2 – 3 1 – 1.5 1 – 1.5
> 10 50 – 60 3 – 4 1.5 – 2 1.5 – 2

PEMANGKASAN
Pangkas Bentuk (3 tahap) :
Tahap I : umur 1 tahun setelah tanam pada musim hujan dengan memotong batang setinggi 50 - 60 cm dari permukaan tanah dan pemotongan di atas bidang sambungan. Dari cabang yang tumbuh dipelihara 3 cabang yang arahnya menyebar.
Tahap II : pemangkasan dilakukan pada ketiga cabang yang tumbuh tersebut setelah berumur 2 tahun, caranya menyisakan 1 - 2 ruas/pupus. Tunas yang tumbuh pada masing-masing cabang dipelihara 3 tunas. Jika lebih dibuang. Tahapan pemangkasan tersebut akan diperoleh pohon dengan rumus cabang 1- 3 - 9.
Tahap III : umur 3 tahun, cara sama seperti tahap II, tetapi tunas yang tumbuh dipelihara semua untuk produksi.

PANGKAS PRODUKSI
Pemangkasan ini untuk memelihara tanaman dengan memotong cabang mati / kering, cabang yang tumbuh ke dalam dan ke bawah serta cabang air yaitu cabang muda yang tidak akan menghasilkan buah. Pemangkasan produksi dilaksanakan segera setelah panen.

PENDANGIRAN
Dilakukan 2 kali dalam setahun pada awal dan akhir musim hujan, dengan membalik tanah (pembumbunan) di sekitar kaca tanaman agar patogen yang ada dalam tanah mati.

MULCHING (MULSA)
Pemberian mulsa di akhir musim hujan, menggunakan jerami / sisa-sisa bekas pangkasan / tanaman sela.

PENGENDALIAN GULMA
Pengendalian gulma dilakukan minimal 3 kali setahun.

INDUKSI BUNGA
Untuk merangsang pembungaan digunakan Pupuk Organik Padat SUPER NASA dengan dosis 1-2 sendok/pohon dicampur 10 liter air disiramkan secara merata di bawah kanopi pohon setelah pupus kedua ( Februari-Maret) dan disemprot POC NASA (3-4 ttp/tangki) + HORMONIK (1 ttp) per tangki.

PENGELOLAAN BUNGA DAN BUAH
Pengelolaan bunga dan buah dilakukan 4 kali, pada saat bud break, bud elongation, mango size (kacang hijau) dan marble size (jagung). Pupuk yang digunakan :
1. Monokalsium Phospat ( MKP ) diberikan sebelum muncul tunas baru atau bud break dan pada saat bud break atau bud elongation (dosis 2,5 gr/liter).
2. POC NASA diberikan saat bud break, bud elongation, (dosis 4-5 tutup/tangki).
3. POC NASA (3-4 ttp) + HORMONIK (1 ttp) per tangki diberikan pada saat mango size dan marble size.

HAMA DAN PENYAKIT
a. Tip Borer, Clumetia transversa
Ulat ini menggerek pucuk yang masih muda (flush) dan malai bunga dengan mengebor/menggerek tunas atau malai menuju ke bawah. Tunas daun atau malai bunga menjadi layu, kering akibatnya rusak dan transportasi unsur hara terhenti kemudian mati. Pengendalian; cabang tunas terinfeksi dipotong lalu dibakar, pendangiran untuk mematikan pupa, penyemprotan dengan PESTONA.
b. Thrips ( Scirtothrips dorsalis )
Hama ini sering disebut thrips bergaris merah karena pada segment perut yang pertama terdapat suatu garis merah. Hama ini selain menyerang daun muda juga bunga dengan menusuk dan menghisap cairan dari epidermis daun dan buah. Tempat tusukan bisa menjadi sumber penyakit. Daun kelihatan seperti terbakar, warna coklat dan menggelinting. Apabila bunga diketok-ketok dengan tangan dan dibawahnya ditaruh alas dengan kertas putih akan terlihat banyak thrips yang jatuh. Pengendalian : tunas muda terserang dipotong lalu dibakar, tangkap dengan perangkap warna kuning, pemangkasan teratur, penyemprotan dengan BVR atau PESTONA
c. Ulat Phylotroctis sp.
Warna sedikit coklat (beda dengan Clumetia sp. yang warnanya hijau) sering menggerek pangkal calon malai bunga. Telur Phyloctroctis sp. menetas dan dewasa menyerang tangkai buah muda (pentil). Buah muda gugur karena lapisan absisi pada tangkai buah bernanah kehitaman. Aktif pada malam hari. Pengendalian dengan PESTONA.
d. Seed Borer, Noorda albizonalis
Hama ini menggerek buah pada bagian ujung atau tengah dan umumnya meninggalkan bekas kotoran dan sering menyebabkan buah pecah. Ulat ini langsung menggerek biji buah akibatnya buah busuk dan jatuh. Berbeda dengan Black Borer yang menggerek buah pada bagian pangkal buah. Lubang gerekan dapat sebagai sumber penyakit. Pengendalian : pembungkusan buah, kumpulkan buah terserang lalu dibakar, semprot dengan PESTONA.

e. Wereng mangga ( Idiocerus sp.)
Serangan terjadi saat malai bunga stadia bud elongation. Nimfa dan wereng dewasa menyerang secara bersamaan dengan menghisap cairan pada bunga, sehingga kering, penyerbukan dan pembentukan buah terganggu kemudian mati. Serangan parah terjadi jika didukung cuaca panas yang lembab. Hama ini dapat mengundang tumbuh dan berkembangnya penyakit embun jelaga (sooty mold) dengan dikeluarkan embun madu dari wereng yang dapat menyebabkan phytotoxic pada tunas, daun dan bunga. Pengendalian : pengasapan, penyemprotan BVR/PESTONA sebelum bunga mekar/pada sore hari.

f. Lalat Buah ( Bractocera dorsalis )
Buah yang terserang mula-mula tampak titik hitam, di sekitar titik menjadi kuning, buah busuk serta terjadi perkembangan larva. Bersifat agravator yaitu memungkinkan serangan hama sekunder (Drosophilla sp.), jamur dan bakteri. Pengendalian : pembungkusan buah , pemasangan perangkap lalat buah.

g. Penyakit Antraknose (Colletotrichum sp.)
Terjadi bintik-bintik hitam pada flush, daun, malai dan buah. Serangan menghebat jika terlalu lembab, banyak awan, hujan waktu masa berbunga dan waktu malam hari timbul embun yang banyak. Apabila bunganya terserang maka seluruh panenan akan gagal karena bunga menjadi rontok. Pengendalian : pemangkasan, penanaman jangan terlalu rapat, bagian tanaman terserang dikumpulkan dan dibakar.

h. Penyakit Recife, Diplodia recifensis
Penyakit ini disebut juga Blendok, vektor penyakit ini adalah kumbang Xyleborus affinis. Kumbang ini membuat terowongan di batang/cabang kemudian dan cendawan Diplodia masuk ke dalam terowongan. Di luar tempat kumbang menggerek akan keluar blendok (getah). Penyakit mangga lainnya seperti embun jelaga (jamur Meliola mangiferae), kudis/scab (Elsinoe mangiferae), bercak karat merah (ganggang Cephaleuros sp.)

Budidaya Mangga

Setelah Lulus SMA/SMK sederajad

Hai Teman - Teman semua, pastinya bingung setelah selesai SMA mau apa? kerja? kuliah g punya duit . semua sama, hanya saja dibutuhkan kekreatifan kita untuk selalu menciptakan hal-hal baru.

misalnya, setelah lulus mencoba melamar kerja. gimana caranya... semua bisa kok.. yang penting hanya niat n tak pernah malu dan putus asa ja.

kalu g percaya buktikan aja... sebab sudah banyak buktinya , siswa -siswa yang ketirima karena sebuah niat yang membara. insya allah .